BANGKIT SETELAH COVID

Pondok Pesantren Tahfizhil Qur’an Nurjamilah Daru Tartila dibesarkan dengan pembentukan karakter santri melalui pendidikan akhlaq dan penerapan Panca Jiwa (Keikhlasan, kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwwah Islamiyah, kebebasan ) . Yang mana demi berhasilnya hal tersebut, bermuqim (tinggal) dalam pesantren menjadi hal yang wajib dan tidak bisa diganti dengan system lain. Karena didalamnya para santri di gembleng dengan Pendidikan berbasis spiritual selama 24 jam.

Bebrapa waktu lalu santri Daru tartila turut merasakan dampak Covid-19. Seluruh santri dipulangkan dan kita sebut dengan istilah “Mondok Di Rumah”. Beberapa system pendidikan dilanjutkan dengan basis internet. Diantaranya setoran hafalan kepada musyrif-ah tasmi’ dilakukan via panggilan whatsapp maupun telpon seluler. Pemberian tugas harian menulis, menghafal dan menyetorkan mufrodat, ayat dan hadits.

Namun pergerakan ini terasa sangat terbatas, karena kita para ustadz dan ustadzah hanya bisa memberi sedikit ilmu kepada para santri, dan menerima hasil yang sedikit pula. Artinya kegiatan harian tidak maksimal, proses pembentukan karakter terhambat. Bahkan beberapa walisantri ada yang mengkhawatirkan pergaulan anaknya Ketika dirumah.

 Padahal dalam kesehariannya santri di pondok bisa menuai banyak pahala. Mulai dari Sholat Tahajjud berjamaah, sholat 5 waktu dikerjakan di awal waktu secara berjamaah pula, sholat sunnah rowatib dan sholat sunnah muakkad lainnya (Dhuha & Hajat). Setoran hafalan 3 kali dalam sehari dan pastinya mereka akan mengaji dan mempersiapakn sepanjang hari Ketika di pondok. Kegiatan makan dan mandi yang dilakukan dengan cara antri dengan tertib. Serta kegiatan-kegiatan lain yang mungkin berat jika dilakukan sendiri di rumah. Karena jumlah pembimbing dipondok lebih banyak juga para santri lebih terpacu semangatnya Ketika melakukan bersama-sama dengan temannya dibanding Ketika dirumah.

Sehingga pada tanggal 30-31 Mei 2020 pondok mulai membuka kegiatannya dengan mengadakan sima’an Alqur’an 30 Juz bil-ghoib oleh para santri, Asatidz dan alumni yang berdomisili sekitar pondok. Kemudian dilanjutkan dengan kedatangan santri secara betahap sesuai protocol Kesehatan untuk mengurangi adanya kerumunan dan tak lupa dengan karantina mandiri, baik dirumah maupun Ketika sudah datang dipondok.

Demi memaksimalkan pencapaian santri, ditengah pandemic yang terjadi Daru Tartila memutuskan untuk melaksanakan kembali kegiatan mengaji dan belajarnya dengan dimulai kedatangan para santri abdi hingga santri baru pada tanggal 15 Juni 2020 dan bertahap hingga tanggal 14 juli 2020. Tentu saja dengan pengawalan protocol Kesehatan yang ketat seperti anjuran pemerintah.

Tidak menganggap sepele  keadaan ini. Khodim tholabah dan seluruh jajaran asatidz dengan kompak senantiasa menggaungkan perihal menjaga kebersihan dan Kesehatan. Diantaranya bermasker dimanapun dan kapanpun, mengkonsumsi madu dan vitamin, selalu menjaga jarak , sering mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir serta menyemprotkan desinfektan secara berkala pada luar dan dalam asrama, handle pintu , tangga juga tempat-tempat umum lainnya seperti dapur, masjid dan aula .

Memang beradaptasi dengan keadaan yang baru tidak mudah karena pastinya perlu pembiasaan. Namun jangan sebut santri kalau abai dengan kedisiplinan. Santri Daru  Tartila telah mengubah beberapa pola hidup dengan kebiasaan baru yang dulu tidak pernah dilakukan. Diantaranya yaitu menggunakan, menjaga dan merawat kebersihan masker. Penggunaan masker sesuai anjuran menggantinya 3 kali dalam sehari agar tetap terjaga kebersihan masker dan udara yang di hirup oleh santri. Mereka secara mandiri menyempatkan mencuci dan menjemur masker di tengah kesibukan aktivitasnya.

Selanjutnya adalah membuat dan mengaplikasikan desinfektan. Dalam lingkup masyarakat tidak banyak orang yang meluangkan waktu untuk menyemprotkan desinfektan di rumah-rumah mereka. Mereka hanya mengandalkan penyemprotan dari progam pemerintah desa atau RT. Selebihnya justru mengabaikan protocol-protokol kesahatan. Akan tetapi beda ceritanya dengan beberapa santri Daru Tartila yang justru bisa meracik hingga melakukan penyemprotan itu sendiri. Baik menggunakan media besar seperti knapsack sprayer  (penyemprot gendong) atau dengan media kecil seperti hand sprayer. Dan penyemprotan dilakukan setiap hari setelah olahraga dan berjemur pagi.

Mengkonsumsi madu setelah sholat subuh serta pengecekan suhu dilakukan sebagai sarana menjaga dan memantau Kesehatan seluruh santri. Dan di lanjutkan lagi ikhtiarnya dengan minum vitamin sebelum tidur. Ini merupakan kebiasaan baru bagi santri serta seluruh asatidz untuk memastikan mereka tercukupi sarana penguat imunitasnya.

Banyak nilai positif yang bisa menjadi budaya baru bagi kehidupan di lingkungan pondok.
Khususnya dalam hal pembiasaan para santri untuk menerapkan kehidupan yang lebih berkualitas dalam hal kebersihan dan kesehatan. Alhamdulillah para santri menjadi lebih peduli dan disiplin dalam melaksanakan kebiasaan baru tersebut.

Tak hanya sampai disitu, kegiatan pembacaan sholawat thibbil qulub, rotibul haddad dan istighotsah menjadi agenda dzikir rutin setelah sholat maghrib. Sebagai sarana berdoa, mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat iman dan menetramkan jiwa.

Dan yang paling istimewa dari semuanya adalah: Santri  memiliki kesempatan mempercepat proses hafalannya yang dulu sempat terhambat atau tidak maksimal selama “Mondok Di Rumah” dengan di sediakannya waktu setoran pada jam 10.00 hingga waktu zhuhur dengan didampingi oleh para musyrif-ah tasmi’. Yang dulunya setoran hafalan tiga kali sehari, sekarang menjadi empat kali sehari. Disinilah kesempatan emas yang bisa diraih seluruh santri.

Mari berdoa semoga Covid -19 segera berakhir karena ini hanyalah cobaan. Jika setiap cobaan itu adalah proses pendewasaan maka berikanlah ketabahan dan kesabaran lebih supaya lebih terlihat dan terasa nyata hikmah dalam kehidupan.

Wallahu a’lam bisshowab,

Bekasi, 18 Juli 2020.

Facebook
WhatsApp
Telegram

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *