Rindu Tak Sudah,Tartilaku

Ditulis oleh : Al-Ustadzah Lala Lathifatul Huda, Al-Hafizhoh

Tidak ada senja hari ini
Yang ada hanya kemelut awan hitam selepas hujan
Butiran es kecil yang tersisa
Dan gerimis yang membuatku menunggumu
 
Langit itu memadam,Tartilaku...
Seperti kita yang tengah rengkuh atas nama perasaan
Layaknya keceriaan awan-awan putih yang dihempas badai,
Pun malam yang menggelapkan 
Akan ku beri satu isyarat ;
Jangan lari!, meski ketika langit membersamai badai untuk terus menghujam
Jangan lari!, meski satu waktu datang keabu-abuan.
 
Menatapmu,membuat kagum tiada tara
Melangitkan angan pada kupu-kupu doa.
 
 Meja yang pernah kita diami mengeluarkan jerit suara
Menyisakan lantai-lantai kusut serupa sejarah
Pergimu menitipkan genangan kenang sulit diterima
Seperti dipaksa meluruhkan rasa yang tengah mendarah daging
Terjuntai lara di bulan Mei terakhir bersua
Aku kehilangan kau yang kujadikan rumah.
 
Waktu merangkak naik,
Tak ada yang retak karena rindu
Tapi perlahan jiwanya mungkin membusuk ditikam tunggu
Diam.
Merajam luka.
Manahan isak,
Lalu mengurai semua kerumitan hingga menemukan ujung kesimpulan.
Facebook
WhatsApp
Telegram

1 komentar untuk “Rindu Tak Sudah,Tartilaku”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *