SANGKAR PERADABAN _ Dalam kitab Nashoihul Ibad karangan Al-imam Ibnu Hajar Al asqolani pada bab kedua di makolah pertama, tertulis “dua perkara yang tidak ada sesuatu yang lebih utama dari dua perkara tersebut yang pertama, iman kepada Allah dan yang kedua memberi manfaat kepada sesama muslim” Adapun maksud dari pekara pertama ialah meyakini dalam hati bahwa Allah itu ada, Allah Maha kuasa atas segalanya, tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. lalu perkara selanjutnya yaitu berbuat baik kepada sesama muslim, baik dengan ucapannya, kekuatannya dengan hartanya maupun dengan badannya.
Makolah ini dengan jelas menerangkan bahwa keimanan kepada Allah merupakan salah satu perkara yang begitu utama, maka dari itu sepatutnya kita sebagai seorang muslim, harus terus berupaya menjaga keimanan kita hingga akhir hayat agar tidak terlepas sebagaimanana firman Allah Dalam surat Ali Imran ayat 102, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. Dan janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan muslim”.
Insya Allah, mati dalam keadaan beriman akan membawa kita pada kebaikan, seperti kisahnya Siti Masyitoh yang mempertahankan keimanannya hingga akhir hayat dengan taruhan nyawanya, meski demikian Allah memuliakannya dengan dijadikan jasadnya harum bagikan kasturi, mari kita simak kisahnya dalam syarah dibawah ini.
Dahulu hiduplah seorang raja yang menguasai kota mesir, raja itu begitu angkuh dan sombong bahkan sampai berani mengaku dirinya sebagai tuhan, raja itu bernma Fir’aun. Ia adalah raja yang sangat dzholim ia tak segan segan menyiksa orang orang yang menentang titahnya. Fir’aun memiliki pelayan yang mempunyai tugas khusus untuk melayani putrinya, segala kebutuhan putrinya di siapkan oleh pelayan tersebut terutama untuk perkara menyisirkan rambut sang putri, pelayan itu Bernama Siti Masyitoh.
Walaupun Siti Masyitoh tinggal di lingkungan penuh kekafiran dan kedzholiman namun atas kehendak Allah , cahaya keimanan telah merasuki hatinya, menjadikan ia manusia yang menghambakan diri kepada Allah bukan kepada Fir’aun. bukan hal yang mudah memiliki kaimanan di tempat yang penuh kekafiran, ia harus berhati hati menyembunyikan keimanannya agar ia tetap aman tinggal di kerajaan. Namun sepandai apapun seorang menyembunyikan rahasia kelak apa yang ia rahasiakan akan terbuka.
Hingga pada suatu hari Ketika Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tanpa sengaja ia menjatuhkan sisir yang ada di tangannya, lalu secara spontan mengucapkan bismillah yang kalau di teremahkan secara Bahasa artinya (dengan menyebut nama tuhan ) mendegar Siti Masyitoh mengucapkan kalimat bismillah, putri Fir’aun bertanya, apakah tuhan yang dimaksudkan dalam perkataan mu adalah ayahku ? Siti Masyitoh yang ditanya tersebut dengan tenang menjawab, tuhan yang aku maskud adalah tuhanku dia jugalah tuhan ayahmu, begitu kuat keimanan yang tertanam dalam hati Siti Masyitoh sehingga tak gentar sedikit pun untuk mengakui Allah adalah tuhannya. Kemudian putri Fir’aun bertanya Kembali kepada Siti Masyitoh maukah engkau jika aku adukan perihal ini kepada ayahku ? putri Fir’aun ingin memanfaatkan keadaan. Dalam pikirannya, Siti Masyitoh akan memohon agar keimanannya tidak di adukan kepada Fir’aun sehingga ia akan melakukan apapun agar rahasianya tidak tersampaikan kepada Fir’aun. Namun dugannya salah, dengan tenang dan penuh keberanian Siti Masyitoh berkata silahkan jika engkau mau melakukannya. Mendengar jawaban tersebut maka diadukanlah perihal keimanan Siti Masyitoh kepada Fir’aun
Lalu manakala berita keimanan Siti Masyitoh sampai ke telinga Fir’aun, Fir’aun pun marah dan langsung menyuruh pengawalnya membawa Siti Masyitoh kehadapanya. Dengan penuh keangkuhan Fir’aun bertanya. Hai masyitoh benarkah engaku telah mengingkari ketuhananku dengan hal lain, siapa yang yang telah kau sembah selain diriku? Dengan tenang dan tanpa sedikit ketakutan, Siti Masyitoh menjawab aku telah mengimani Allah, dialah tuhan yang satu, ialah tuhanku dan tuhanmu. Mendengar jawaban tersebut Fir’aun marah dan menyuruh pengawalnya untuk menyiapakn sebuh kuali besar yang didalamnya di isi dengan air dan dibawahnya dinyalakan api untuk merebus Siti Masyitoh hidup hidup. Fir’aun tidak hanya hendak merebus Siti Masyitoh saja tapi juga anak anaknya, lalu dikumpulkan keluarganya, dan memerintahkan agar anak anaknya dimasukan terlebih dahulu sebelum Siti Masyitoh masuk. Dalam benak Fir’aun dengan mendahulukan anak anaknya akan menekan batin Siti Masyitoh, karena seorang ibu tak akan kuat melihat anaknya disiksa didepannya. Sehingga Siti Masyitoh akan Kembali mengimani ketuhannya. Namun dugaannya salah dengan izin Allah anaknya yang masih bayi berkata wahai ibu sungguh siksaan didunia ini tidak ada apa apanya dibandingkan siksaan diakhirat kelak, perkataan anaknya menumbuhkan keberanian untuk melewati siksanya Bersama anaknya, malahan keimanannya kepada Allah semakin bertambah dan sebelum eksekusi dilaksanakan, Fir’aun bertanya adakah yang ingin kau minta sebelum kau menemui kematianmu ? Siti Masyitoh menjawab, jika telah puas kau rebus diriku dan anak anaku kumpulkan tulang tulangku dan anak anakku dalam satu kain dan kuburkan secara bersama. Dengan kuasa Allah mana kala tulang tulang Siti Masyitoh dan anak anaknya diangkat dari kuali, semerbak bau harum tercium dari tulang tulang tersebut bahkan sampai dikuburkan. Saat nabi Muhammd isra dan mi’roj beliau mencium bau yang begitu harum dan bertanya kepada malaikat ibril harum dari mana ini? jIbril menjawab ini adalah harum dari kuburan Siti Masyitoh. Kisah ini termaktub dalam hadits yang di riwaytakan oleh Ahmad dalam Musnadnya ilid 3 hal 309, tebitan al maktab al islami