SANGKAR PERADABAN — Islam adalah agama cinta. Agama yang mengajarkan pemeluknya untuk mencintai semua makhluk yang ada di muka bumi ini. Dan rasa cinta dalam Islam tak hanya di hadirkan terhadap pemeluknya tapi juga terhadap DIA yang menghendaki kehadiran Islam di muka bumi ini, yakni Allah swt dalam kalimat بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Adalah kalimat yang mengawali setiap surat dalam Al-Qur’an bahkan bisa dikatakan kalimat tersebut adalah kalimat yang menjadi pernyataan pertama dalam Al-Qur’an. Kalimat tersebut memiliki arti “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” dari kalimat tersebut dapat kita pahami bahwa Allah memiliki sifat Pengasih dn Penyayang atau secara singkat Allah memiliki rasa kasih sayang dan tentunya rasa kasih sayang di dasari oleh cinta. Bila seorang ibu mencintai anaknya ia akan merawat dan mendidik anaknya dengan kasih sayang. Bila seorang ayah mencintai keluarganya dia akan berkerja keras untuk menafkahi keluarganya dengan penuh keikhlasan. Bila seorang kekasih mencintai pasangannya dia akan melindungi dan merelakan apa yang ia punya untuk kekasihnya. Bila seorang murid mencintai gurunya dia akan mengabdikan diri dengan prinsip sami’na wa atho’na sepenuh jiwa raganya. Semua perbuatan itu dilakukan hanya untuk satu tujuan yakni membahagiakan apa yang di cintai, lantas bila Allah memiliki kasih sayang yang dilandaskan cinta. Bagaimana cara yang Allah lakukan untuk membuktikan cinta tersebut? Caranya adalah dengan diturunkannya Islam sebagai agama di muka bumi ini, Islam-lah yang menjadi bahasa cinta terindah yang Allah peruntukan kepada hamba-hambanya.
Dalam Islam, Allah meletakan Al-Qur’an didalamnya untuk dijadikan pedoman bagi manusia dalam menjalankan kehidupan, bila kita lihat tentang bagaimana isi kandungan Al-Qur’an. Tidak jarang kita temukan perintah berupa kewajiban dan larangan didalamnya, dua hal itu hendaknya dikerjakan bagi kita yang mengaku beriman kepada Allah. Dua hal itu juga dapat secara singkat kita inklusikan sebagai aturan dalam beragama Islam. Mari kita ambil contoh kecil yang berkenaan dengan perintah dan larangan dari agama Islam. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :
يَاَيُهَاالَذِيْنَ اَمَنُوْاكُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَاكُتِبَ عَلَى الَذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُم لَعَلَكُمْ تَتَّقُوْن
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 183).
Puasa adalah salah satu kewajiban yang pengerjaannya adalah menahan dari makan dan minum dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Ketika mengerjakan puasa, tak jarang sebagian manusia mengalami kelemahan karena tak adanya energi, yang akhirnya membawa dampak pada ketidakmaksimalan dalam melakukan aktivitas keseharian. Pertanyaannya, kenapa Allah mewajibkan kita berpuasa? Apakah maksud Allah untuk mempersulit manusia dalam menjalankan kehidupan? Lantas dimana letak kasih sayang yang membawa kebahagiaan? Dalam ayat lain Allah berfirman :
يَاَيُهَاالَّذِيْن آمَنُوْآاِنَّمَاالخَمْرُوَالمَيْسِرُوَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلاَمُ رِجْسٌ مَّنْ عَمَلِ الشَّيْطَنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaithon, maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah ayat 90).
Minuman khamar adalah salah satu larangan yang ada didalam agama Islam, khamar yag dimaksudkan dalam Islam tak hanya sebatas arak yang ada di zaman Nabi Muhammad karena dalam memproklamirkan pengharaman khamar, beliau tidak melihat dari bahan apa khamar itu dibuat, tapi yang dilihat adalah pengaruh yang ditimbulkannya, yakni mabuk maka apa saja yang bersifat memabukan, itulah khamar. Bagi sebagian manusia, meminum khamar adalah salah satu cara untuk mengistirahatkan diri kita dari penat setelah seharian bekerja. Karena setelah meminum khamar bisa menjadikan manusia lupa akan masalah yang dialami. Sehingga bisa sedikit menenangkan pikiran. Pertanyaannya, kenapa Allah melarang manusia meminumnya? Padahal setidaknya ada sedikit manfaat yang dirasakan minuman khamar? Apakah Allah tidak mau melihat hambanya sedikit menenangkan diri? Lantas dimana rasa kasih sayangnya Allah? Dimana cara membahagiakan Allah? Kalaulah kewajiban puasa dan larangan khamar malah menyusahkan manusia? Yang pertama, Allah mewajibkan puasa bukan maksud Allah menyulitkan hambanya dalam beraktivitas. Dari Muhammad Al-Khotib dalam bukunya SAINS dan ISLAM menjelaskan tentang berbagai macam manfaat yang dirasakan dari puasa, bahkan beliau mengatakan bahwa puasa adalah salah satu sendi kesehatan preventif adapun diantara dampak positif yang dijelaskan beliau, salah satunya adalah puasa memberi kesempatan pada lambung untuk beristirahat, “Sebuah mesin apabila dinyalakan tanpa adanya pemberhentian sehingga mesin itu terus menyaal dan tak dibersihkan, maka akan membawa kerusakan pada mesin tersebut”. Artinya orang yang memiliki mesin tersebut harus paham bagaimana cara memelihara tubuh agar bisa digunakan secara jangka panjang. Sama halnya dengan Allah yang menyuruh kita berpuasa, banyak sekali ayat Al-Qur’an yang mengatakan :
لَهُ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَافِى الْاَرْضِ
“Milik Dia (Allah) apa yang ada di langit dan di bumi.”
Tentunya kita menjadi bagian yang ada di bumi. Artinya kita milik Allah, dan memang Allah-lah sang Al-‘Alim yang Maha Mengetahui, maka Allah pun tahu bagaimana cara melakukan pemeliharaan terhadap manusia, lambung yang ada didalam tubuh manusia, segala dipaksa untuk melakukan mekanisasi makanan tanpa henti, maka akan membawa dampak buruk bagi manusia, maka perlu adanya pengistirahatan bagi lambung, dan puasalah jawabannya. Allah menyuruh kita puasa agar kita mengistirahatkan lambung kita, bukan berarti Allah tak sayang kepada kita. Tapi justru puasa, cara Allah mencintai kita, Allah tak mau melihat hambanya mengalami hal buruk hanya karena manusia kurang memperhatikan kesehatan lambung, bukankah kesehatan salah satu kebahagiaan? Maka itulah cara membahagiakan Allah. Yang kedua Allah melarang khamar bukan karena tak mau melihat hambanya tenang. Dr. Muhammad Al-Khatib juga menjelaskan tentang dampak buruk dari khamar.
- Paralysis alkholik, yaitu seolah-olah ada suara dan kegaduhan entah darimana sebenarnya.
- Hangover, yaitu tidak utuhnya kepribadian.
- Deliniam, yaitu cemburu buta yang tak jarang menjurus pada pembunuhan.
- Melankolia, yaitu kesedihan yang berlebihan, yang menjurus pada bunuh diri.
Dan masih banyak lagi
Perlu kita pahami memang benar khamar dapat membawa manfaat, tapi lihat manakah antara manfaat dan mudharat yang banyak dirasakan? Jadi jelas bahwa Allah mengharamkan khamar bukan karena tak sayang, justru Allah sayang, karena Allah tahu begitu banyak dampak buruk dari khamar. Puasa dan khamar. Hanyalah contoh kecil tentang aturan agama Islam, masih sangat banyak lagi bila kita ingin mengetahui apa saja aturan Islam. Semua aturan Islam, itulah bahasa cinta Allah terhadap hamba-hambanya. Ustadz. Adi Hidayat pernah berkata “Allah tidak menetapkan suatu hukum kecuali ada manfaat didalamnya.“ Pernyataan ini begitu jelas bahwa setiap kehendak Allah membawa kebaikan bagi manusia. Perlu kita pahami setiap kebahagiaan niscaya akan membawa kebahagiaan maka Allah menghadirkan kebaikan agar manusia merasakan kebahagiaan. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman yang artinya : “Katakanlah (Muhammad) jika kamu mencintai Allah, ikutlah aku, niscaya Allah mencintaimu(QS. Al-Imron ayat 31). Ayat ini menjelaskan bahwa kita ingin menjadi manusia yang dicintai Allah, hendaklah kita mengikuti segala apa yang dilakukan Nabi Muhammad, kenapa demikian? Karena hanya Nabi Muhammad-lah manusia yang paling dicintai Allah karena perilakunya yang luar biasa, bahkan Aisyah ra berkata akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Artinya Nabi Muhammad yang paling taat dengan aturan Allah. Tadi dijelaskan bahwa aturan Islam adalah bahasa cinta Allah, maka sejatinya orang yang taat dengan Al-Qur’an telah dicintai Allah. Ketaatan tersebut dinamakan taqwa dan hendaklah kita pahami bahwa takwa bukan hanya bagaimana kita sebagai hamba taat kepada Allah tapi juga bagaimana Allah mencintai kita, ada relasi timbal balik antara makhluk dan kholiq maka persoalannya adalah, mau atau tidak kita dicintai Sang Kholiq karena sesungguhnya Kholiq telah mencintai kita dengan cara terindah yang Dia miliki, cara yang pastinya akan membawa kebahagiaan untuk kita yang mau dicintainya.
Penulis : Faiz Salman Al-Fariesy