Ayat Loyalitas

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karuniaNya kepada kita, kurang, cukup dan lebihnya Al-hamdulillah. Ayat Loyalitas itu bernama

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Iyyaka Na’ budu Wa Iyyaka Nasta’in”

Artinya: “Hanya kepada-Mu lah Kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah Kami meminta pertolongan”.

Dalam Shahîh Muslim dari hadits Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Allah ta’ala berfirman (Hadits Qudsi): “Aku membagi shalat (surat al-Fatihah) antara diri-Ku dengan hamba-Ku dua bagian (maksud dari menjadi dua bagian adalah: bagian setengah pertama surat al-Fatihah sampai ayat kelima adalah pujian hamba untuk Allah, sedangkan bagian setengah kedua yaitu dari ayat keenam sampai akhir adalah permohonan seorang hamba untuk dirinya sendiri] dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya”.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ menjadi ayat penengah antara ayat-ayat yang berhubungan dengan diriKu (Allah SWT/pujian hamba untuk Allah) dan hamba-Ku (permohonan seorang hamba untuk dirinya sendiri). Tengah adalah simbol keseimbangan. Dalam ayat ini terkandung sebuah pesan dan ajaran untuk kita semua agar menjaga keseimbangan antara Hak & Kewajiban. Jadi, Beribadah kepada Allah SWT adalah hak untuk Allah SWT (Kholik/ Pencipta) dan kewajiban bagi manusia & jin (Makhluk/ yang diciptakan)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56)

Dan minta pertolongan adalah hak hamba setelah melaksanakan kewajibannya kepada Allah SWT (ibadah). Bahasa gaulnya,  “ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ) ‘ibadah dulu donk, baru (وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) isti’anah (mohon pertolongan)” jangan sebaliknya, “pengen ditolong dulu baru mau ibadah” atau laksanakan kewajiban dulu baru nuntut hak, jangan sebaliknya, kerja banyak tidur minta honor lembur . Nah, Ayat tersebut merupakan The Rules of Life (aturan hidup dan kehidupan) yang mesti kita jaga keseimbangannya supaya hasil yang dicapai pun seimbang atau bahkan lebih dari yang kita harapkan karena Allah SWT ridho dengan yang kita usahakan. Ini yang disebut barokah/berkah (tambahan kebaikan/bonus). Yang kita beli peci rajut paling murah seharga Rp.5000,-, buat anak kita sholat, karena Allah seneng, jadi berkah kita dapat undian mobil Toyota Avanza VELOZ 1.5 seharga Rp. 192,2 Juta yang disediakan sponsor produk peci tadi. Biasanya bonus selalu menggiurkan, apalagi langsung dari Allah SWT.

Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari ayat tersebut sebagai keluarga besar Pondok Pesantren Tahfizhil Qur’an Nurjamilah (DARU TARTILA); orangtua sebagai walisantri, anak sebagai santri, Ust. Arif sebagai ustadz, Ustz. Nisa sebaagai Ustadzah, Musyrifah Rahma sebagai T.U, Mama Nurul sebagai juru masak, Mas Bagong sebagai Tukang Bangunan, dll. Contoh, bagaimana di Pondok anak berusaha sekuat tenaga menghafal al-Qur’an dan pelajaran, tapi di rumah orang tua selalu lupa mendo’akan (kalau perlu ditahajjudin dan dipuasain). Atau urusan administrasi anak kurang diperhatikan, padahal sangat berhubungan erat dengan hak gurunya, Juru masaknya, T.U-nya, Tukang bangunannya, Tukang Cucinya, dll. Kalau bahasa Rasulullah SAW, hak itu harus ditunaikan sebelum keringatnya mengering. Hak & Kewajiban harus berjalan beriringan. Urutannya jelas, kewajiban dulu, baru hak. Tidak boleh saling mendahului. Jangan minta hak dulu, baru melaksanakan kewajiban. Kalau anak belajar, orangtua lupa mendo’akan atau kurang diperhatikan urusan administrasinya biasanya ada dampak ketidakseimbangan yang dirasakan oleh anak. Ketidakseimbangan antara proses usaha anak dan hasil yang didapat . Misal: sulit menghafal al-Qur’an dan belajar padahal sudah melek semaleman, sulit/mudah menghafal tapi mudah lupa juga, hatinya gelisah atau emosinya tidak stabil hingga akhirnya selalu bikin masalah dalam proses belajarnya di pesantren. Ketidakseimbangan yang lahir dari  ketidakseimbangan.

“إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ” Sekali lagi, ayat ini akan selalu mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Ayat yang menunjukkan loyalitas kita sebagai hamba kepada Allah SWT dalam bentuk ibadah, dan loyalitas (Kasih sayang) Allah SWT kepada hambaNya dalam bentuk memberi  pertolongan. Juga seharusnya menjadi ayat (tanda) loyalitas walisantri kepada putra-putrinya dalam bentuk do’a dan memperhatikan administrasinya. Supaya proses belajarnya selama menghafal al-Qur’an di pesantren seimbang, mudah, sampai khatam 30 juz dan manfaat dunia-akhirat. Amin. Jika merasa masih sulit juga, maka janji Allah SWT di akhir Hadits Qudsi di atas begitu menggoda: “dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya”. Berdo’a, berdo’a, berdo’a dan Ikhtiar tanpa putus asa. Tentunya dengan cara-cara berdo’a yang diajarkan Rasulullah SAW:

عن أبى هريرة قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Berdoalah kepada Allah, dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan do’a-do’a kita. Dan Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Imam Ahmad)

Berdo’a dengan yakin dikabulkan dan berdo’a dengan menghadirkan hati (tidak lalai). Betul-betul berdo’a bukan sekedar komat-kamit ‘membaca’ do’a. Jangan lupa ditutup ‘aamiin’ (kabulkanlah, ya Allah) karena menutup do’a dengan ‘aamiin’ menjadi  penyebab terkabulnya do’a. Hadits Nabi: فَقُولُوا آمِينَ. يُجِبْكُمُ اللَّهُ  “maka ucapkanlah: âmîn, niscaya Allâh mengabulkannya”. Kalau perlu, biar cepet sampai, tempelin do’a-do’a kita dengan prangko super kilat Alfatihah. Hadits Nabi: الْفَا تِحَةُ لِمَا قُرِ ئَتْ لَهُ “Al-fatihah itu bergantung untuk tujuan apa ia dibaca”. (HR. Baihaqi).” Selamat mencoba.

Penulis : Almarhum Al-Maghfurlah K.H Subhan Hafizh Ach, Lc, M.sos,

Facebook
WhatsApp
Telegram

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *