Al-Qur’an di atas segala-galanya. Pondok pesantren Daru Tartila selalu menekankan agar kita fokus terhadap Al-Qur’an, dengan cara memprioritaskan Al-Qur’an di atas kegiatan-kegiatan formal lainnya. Istilah Pak KH. Hasan Abdullah Sahal: “ Jangan teras lebih besar dari rumahnya”. Pondok senantiasa menanamkan semangat juang dalam jiwa santri. Mengobarkan “The Power of JIM (Jihad-Ijtihad-Mujahadah) ” dalam setiap aktivitas keseharian santri. Menjadikan nafas santri adalah Qur’ani dan tiap langkah santri adalah islami
Daru Tartila juga memiliki guru-guru yang hebat dan adidaya dalam ilmu Qur’ani, sehingga semangat juang tersebut memiliki akses untuk tertanam dalam jiwa para santri Daru Tartila. Semangat juang tersebut dibarengi dengan keistiqomahan dan keikhlasan, juga disertai sami’na wa atho’na mereka terhadap para guru. Santri Daru Tartila memiliki karakteristik Al-Qur’an yang sangat kental. Mereka selalu membawa Al-Qur’annya dalam setiap aktivitas, bahkan sebagian mereka membaca Al-Qur’an ketika sedang berjalan, sedang mengantri. Karena mereka tahu betul kita tak perlu menunggu waktu luang untuk mengaji, kita lah yang meluangkan waktu untuk mengaji.
Al- Ustdzah Septi Khoirunnisa ( Guru Ngaji ) saat sedang menerangkan hukum Tajwid di Pondok Pesantren Daru Tartila
Akal yang sehat terdapat pada badan yang sehat. Apabila ada seseorang yang mudah dalam menghafal Al-Quran tentunya karena didominasi kesehatan yang prima. Sebaliknya, badan yang sakit akan menghambat proses belajar seorang santri dan menjadi penyumbat semangat. Contoh, ketika kita sedang mengaji di siang hari tiba-tiba perut terasa sakit. Otomatis perhatian kita terpecah menjadi dua; Ngurusi al-Qur’an dan ngurusi perut sakit. Maka dari itu, penting bagi kita menjaga kesehatan ketika proses belajar berlangsung, agar kita bisa sampai kepada kesuksesan yang kita targetkan.
Daru Tartila mengajarkan kepada kita tentang kunci-kunci kesuksesan yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses menghafal:
- Do’a
Do’a merupakan permohonan atau keinginan kita kepada Allah. Do’a merupakan awal dimulainya karir kita jika ingin bekerja di sebuah perusahaan, tentunya kita harus mengajukan surat permohonan agar kita mendapat tempat yang sesuai dengan keinginan kita.
Begitu juga dengan do’a yang kita panjatkan kepada Allah. Ibarat, kita ingin bekerja di PT Lillahi Ta’ala, PT-nya Allah. Yang di mana, kita menghafal benar-benar ikhlas karena Allah. Kita ingin proses menghafal kita tidak terhambat dan tentunya hasilnya pun memuaskan diri kita.
- Al-Marhum Al- Maghfurlah KH. Subhan Hafidz pernah berkata: “kita berhak puas atas apa yang kita kerjakan, karena usaha kita yang menanam maka hasil kita pula yang memetik”
- Usaha
Jika kita telah mengajukan permohonan ke PT-nya Allah, kita telah meminta agar dimudahkan segala prosesnya, kita sudah meminta agar diberi hasil yang baik, selanjutnya kita lanjut ke bagian usaha, kita berusaha bagaimana caranya kita mendapatkan apa yang kita inginkan, kita berusaha agar apa yang kita cita-citakan terwujudkan.
Usaha tanpa do’a adalah sombong, do’a tanpa usaha sama saja bohong. Ibarat kita menanam bibit tanaman, agar tanaman tersebut menjadi subur dan dapat kita nikmati buahnya, perlu adanya usaha dengan cara menyiram, merawat, memupuk dengan baik dan benar. Tidak mungkin buah yang manis berasal dari pohon yang tidak dirawat betul-betul, begitu juga dengan kesuksesan. Jika kita ingin mendapatkan hasil kerja yang maksimal perlu adanya pergerakan, tentunya pergerakan ini dilakukan dengan cara baik dan benar agar kelak hasil kerja bukan hanya baik tetapi juga berkah. Jika Allah sudah memberi berkah pada kita, tandanya ia ridho kita bekerja pada PT lillahi ta’ala.
Usaha dan do’a itu saling berkesinambungan. Jika kita sudah berdo’a dan berusaha, kesuksesan akan berada dekat sekali dengan kita, tinggal beberapa langkah lagi kesuksesan bisa kita raih dan hasilnya dapat dinikmati.
Suasana Mengaji Di Pondok Pesantren Daru Tartila
Tetapi tahukah kalian dimana fase terindah dalam berjuang? Ketika kita memiliki target, dan kita bersikeras agar mendapatkan apa yang kita targetkan. Kita berusaha semaksimal mungkin demi menggapai kesuksesan tersebut. Kita telah mengorbankan banyak waktu. Tetapi, sangat disayangkan, kita kadang merasa sudah diambang kegagalan. Kita merasa sudah berada pada batas akhir kemampuan. Lalu kita menghibur diri kita sendiri, kita berucap dalam hati “Nak, waktunya istirahat, waktunya berhenti sejenak, besok masih ada hari untuk menggapai kesuksesan tersebut, masih banyak jalan menuju impian tersebut. Kamu hanya perlu istirahat sejenak untuk kemudian lanjutkan berjuang esok hari. Menggapai mimpi di saat embun pagi masih menggelayut di pagar besi”.
Percayalah, jika fase itu terjadi pada dirimu itu berarti Allah sedang cinta kepadamu. Allah senang atas usaha-usahamu. Seperti jika kita ingin memberi makan hewan peliharaan kita, kucing misalnya, ibarat kita pecinta kucing, ketika kita ingin memberi ikan kepada si anak kucing, kita tak langsung memberikan ikan itu kepadanya. Kita meminta si anak kucing menghampiri ikannya. Saat ia menghampirinya kita jauhkan itu darinya agar si anak kucing tak bisa menggapainya. Lalu si anak kucing mengejar lagi, lalu dijauhkan lagi. Semata-mata sang majikan hanya ingin bermain dengan anak kucing karena ia suka terhadap kucing tersebut, sebelum si anak kucing menyantap lezatnya ikan yang diberikan majikannya.
Begitu pula dengan kita, Allah sedang ingin bermain dengan kita, itu merupakan cara Allah agar kita mendapatkan lezatnya kesuksesan. Allah masih ingin kita berjuang, sebelum kita benar-benar istirahat dan puas atas kerja kita.
- Istiqomah
Nabi saw bersabda : “Bahwa amalan yang lebih dicintai Allah SWT adalah yang terus menerus (istiqomah/konsisten) dilakukan walaupun sedikit”. Karena hal-hal kecil bisa memicu hal-hal yang besar. Contoh; si A dan si B adalah teman satu sekolah, jika si A ingin ke rumah si B, si A harus berjalan lurus sekita satu kilometer. Jika si A membelokkan satu langkahnya saja yang hanya beberapa centimeter, itu bisa menjauhkan ia dari rumah si B. Karena haluannya telah berubah. Ia tidak akan sampai ke rumah si B.
Maka dari itu, perlu kita perhatikan hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari, karena hal-hal tersebut dapat menjadi kebiasaan. Jika hal itu baik, maka akan menjadi kebiasaan baik, jika hal buruk, maka akan jadi kebiasaan buruk.
Biasakan setiap hari kita muroja’ah 5 juz, jika tidak sanggup 3 juz. Jika tidak sanggup, 1 juz. Istiqomahkan kebiasaan tersebut agar suatu saat jika kita tidak melakukannya, kita akan merasa ada yang hilang. Karena sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, meskipun awalnya terpaksa. Keterpaksaan yang menjadi kebutuhan.
- Tawakkal
Jika kita sudah melakukan ketiga kunci tadi dengan sungguh-sungguh, kita tinggal mendapatkan kunci yang terakhir, yaitu tawakkal. Tawakkal berarti kita berserah diri pada Allah. Kita menyerahkan urusan kita kepada Allah.
Jika dalam 3 kunci tadi kita yang bekerja, sekarang kita tinggal menunggu keputusan dari Allah apakah kita mendapatkan hasil yang memuaskan atau tidak. Hasil itu tidak mengkhianati proses. Jika hasil yang kita dapatkan baik, itu dari proses yang baik dan lama. Allah tidak pernah memberi hasil yang tak sepadan dengan kerja kita. Karena Allah Maha Adil. Maka dari itu kita harus menyerahkan semua urusan kita kepada Allah dan tetap optimis mendapatkan hasil terbaik.
Tawakkal hanya diperoleh ketika kita sudah bersusah payah. Kebanyakan kita menyalah pahami tentang makna tawakkal. Tak ada usaha bilangnya tawakkal, belum kerja udah bilang tawakkal. Tawakkal itu menyerahkan semua urusan kita kepada Allah. Kalau kita sudah berusaha kemudia kita tawakkal, berarti kita menyerahkan kerja keras yang kita lakukan tadi. Lah, jika kita tawakkal tanpa adanya usaha, kita mau menyerahkan apa? Apa yang mau disetorkan pada Allah? Kan tadi gak ada usaha.
Kadang kita telah berdo’a sekhusyuk mungkin, sudah berusaha sekuat mungkin, tapi do’a-do’a kita belum terjawab. Hasil dari jerih payah kita belum didapatkan. Jangan bersedih! Allah hanya menguji sampai mana kamu bertawakkal. Orang yang bertawakkal, ia akan menerima hasil apapun yang didapatkan. Toh, kegagalan hanya kesuksesan yang tertunda. Masih banyak cara dan jalan menuju kesuksesan. Jika target A belum tercapai, masih ada target B. jika target B belum tercapai, masih ada target C. Allah punya banyak cara mengantarkan kita pada kesuksesan.
Itu adalah kunci-kunci yang perlu kita dapatkan dalam meraih kesuksesan. Tetapi, ada faktor yang mengikat 4 kunci tadi, agar kunci tersebut tidak hilang satu ataupun satu persatu. Faktor apa? Ya, semangat. Faktor semangatlah yang mengikat kunci-kunci itu. Apabila ikatan tersebut lepas, lepas pula kunci-kunci kesuksesan tersebut. Semangat dalam menghafal itu perlu, sangat perlu. Dalam mencapai target-target hafalan, harus didominasi semangat yang tinggi. Bila semangat dalam diri kita perlahan redup, hidupkan lagi! Bakar lagi hingga menjadi bara api semangat mengaji.-
Penulis : Khoiril Muzammar Al- Arif
Editor : Faiz Salman Al-Fariesy